Monday, February 11, 2013

Function Pada Program

Sebuah function berisi sejumlah pernyataan yang dikemas dalam sebuah nama.
Nama ini selanjutnya dapat dipanggil beberapa kali di beberapa tempat dalam
program.

Tujuannya:

  1. Memudahkan dalam mengembangkan program. Program dibagi menjadi
    beberapa subprogram kecil, sehingga hal ini menjadi kunci dalam pembuatan program terstruktur.
  2. menghemat ukuran program, karena beberapa perintah yang sama dan
    dijalankan beberapa kali dalam program dapat dijadikan satu kali saja dalam suatu function, kemudian function tersebut dapat dipanggil berulang kali.


Contoh Function I:
#include <iostream.h>
#include <conio.h>
void garis(); // prototype function
void main() // main function
{
clrscr();
garis(); // panggil function
cout << “NIM NAMA MAHASISWA” << endl;
garis(); // panggil function
cout << “M0197001 AMIR HAMZAH “ << endl;
cout << “M0197002 PAIMAN” << endl;
garis(); // panggil function
}
void garis() // detail function
{
int i;
for(i=0;i<=40;i++)
{
cout << “-”;
}
cout << endl;
}

Contoh di atas menggambarkan bagaimana membuat function untuk membuat
garis. Nama functionnya adalah garis. Untuk membuat suatu function, diperlukan suatu prototype dari function tersebut. Prototype function memiliki sintaks sbb:
returned_value_data_type nama_function(argumen);
Seperti halnya dalam Pascal, suatu function dapat mengembalikan (return) suatu nilai (value) yang tergantung tipe datanya. Tipe data value yang dikembalikan inilah yang dimaksud dengan returned_value_data_type.
Sedangkan argumen merupakan parameter-parameter yang akan diolah dalam
function tersebut. Argumen boleh ada boleh tidak, sesuai kebutuhan. Apabila
parameter argumennya lebih dari satu, cara penulisannya sbb:
tipe_data param1, tipe_data param2, ...

Contoh penulisan prototype function:
- double kuadrat(int x);
- float luas_segitiga(float alas, float tinggi);
- int jumlah_bil(int x, int y, int z);

Apabila suatu function tidak mengembalikan nilai, maka
returned_value_data_type nya diisi void.
Setelah prototype function dibuat, selanjutnya membuat function tersebut secara detail. Suatu function disebut juga subprogram, oleh karena itu strukturnya juga sama dengan struktur program utama. Pada contoh function garis() di atas, detail dari function tersebut adalah:
void garis() // detail function
{
int i;
for(i=0;i<=40;i++)
{
cout << “-”;
}
cout << endl;
}

Kalau diperhatikan, strukturnya sama dengan program utama main().

Contoh Function II:
#include <iostream.h>
#include <conio.h>
float luas(float alas, float tinggi);
void main()
{
clrscr();
a = 10.5;
t = 11;
cout << “HITUNG LUAS SEGITIGA” << endl;
cout << “Panjang alas : “ << a << endl;
cout << “Tinggi : “ << t << endl;
cout << “Luasnya : “ << luas(a,t) << endl;
}
float luas(float alas, float tinggi)
{
float luas_segitiga;
luas_segitiga = alas * tinggi * 0.5;
return luas_segitiga;
}
Detail function luas di atas dapat ditulis sbb:
float luas(float alas, float tinggi)
{
return (alas * tinggi * 0.5);
}

Perintah return adalah untuk mengembalikan hasil operasi di sebelah kanannya
ke perintah pemanggilan function.

Variabel Global dan Lokal
Setiap kali kita deklarasikan suatu variabel, belum tentu variabel tersebut dikenal
di setiap function yang kita buat. Contoh:
#include <iostream.h>
#include <conio.h>
void cetak();
void main()
{
int a;
a = 10;
cout << “Nilai a = “ << a << endl;
cetak();
}
void cetak()
{
a++;
cout << “Nilai a = “ << a << endl;
}
Ketika program di atas dicompile, akan terdapat error yaitu variabel a dalam
function cetak() undefined. Artinya bahwa variabel a tidak dikenal dalam cetak(). Variabel a hanya dikenal dalam program utama/ function main() saja. Maka
dalam hal ini variabel a disebut variabel lokal (hanya dikenal dalam function yang di dalamnya didefinisikan a tersebut).
Selanjutnya program di atas diubah sbb:
#include <iostream.h>
#include <conio.h>
int a;
void cetak();
void main()
{
a = 10;
cout << “Nilai a = “ << a << endl;
cetak();
}
void cetak()
{
a++;
cout << “Nilai a = “ << a << endl;
}
Apabila program di atas dijalankan maka akan tampil:
Nilai a = 10
Nilai a = 11
Pada program di atas, variabel a disebut variabel global karena variabel tersebut dapat dikenali di setiap function yang ada.
Bagaimana dengan yang ini???
#include <iostream.h>
#include <conio.h>
void cetak();
void main()
{
int a;
a = 10;
cout << “Nilai a = “ << a << endl;
cetak();
}
void cetak()
{
int a;
cout << “Nilai a = “ << a << endl;
}
Apabila program di atas dijalankan, hasilnya adalah:
Nilai a = 10
Nilai a = 747
Hasil di atas menunjukkan bahwa meskipun nama variabelnya sama-sama a, tapi
kedua variabel a tersebut berbeda. Setiap variabel a tersebut hanya dikenali di
functionnya masing-masing (tidak terkait satu dengan yang lain).


Contoh soal untuk latihan bisa dicoba soal berikut:

  1. Buatlah function yang akan memberikan nilai 1 jika nilai parameter yang
    dimasukkan huruf ‘a’, dan akan memberikan nilai 0 jika nilai parameter yang dimasukkan selain huruf ‘a’.
  2. Buatlah function untuk mencari nilai fungsi f(x) = 2x2 – 3x + 1;
    Parameter functionnya adalah nilai x (tipe data float/double). Return valuenya adalah nilai f(x).
  3. Buatlah function untuk membuat tampilan seperti di bawah ini:

No comments :

Post a Comment